Most Visited

Selasa, 22 Februari 2011

Makalah Pembuatan Kompos dari Sampah Sayuran

Makalah Pembuatan Kompos dari Sampah Sayuran

BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Limbah padat dari buangan pasar dihasilkan dalam jumlah yang cukup besar. Limbah tersebut berupa limbah sayuran yang hanya ditumpuk di tempat pembuangan dan menunggu pemulung untuk mengambilnya atau dibuang ke TPA jika tumpukan sudah meninggi. Penumpukan yang terlalu lama dapat mengakibatkan pencemaran,yaitu bersarangnya hama-hama dan timbulnya bau yang tidak diinginkan.

Sampah sayur - sayuran merupakan bahan buangan yang yang biasanya dibuang secara open dumping tanpa pengelolaan lebih lanjut sehingga akan menimbulkan gangguan lingkungan dan bau yang tidak sedap.

Berdasarkan hal tersebut diatas, perlu diterapkan suatu teknologi untuk mengatasi limbah padat, yaitudengan menggunakan teknologi daur ulang limbah padat menjadi produk kompos yang bernilai guna tinggi.

Pengomposan dianggap sebagai teknologi berkelanjutan karena bertujuan untuk konservasi lingkungan, keselamatan manusia, dan pemberi nilai ekonomi. Penggunaan kompos membantu konservasi lingkungan dengan mereduksi penggunaan pupuk kimia yang dapat menyebabkan degradasi lahan. Pengomposan secara tidak langsung juga membantu keselamatan manusia dengan mencegah pembuangan limbah organik.

Proses pengomposan adalah proses dekomposisi materi organik menjadi pupuk kompos melalui reaksi biologis mikroorganisme secara aerobik dalam kondisi terkendali. Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos .

Kompos sebagai hasil dari pengomposan dan merupakan salah satu pupuk organik yang memiliki fungsi penting terutama dalam bidang pertanian antara lain : Pupuk organik mengandung unsur hara makro dan mikro.Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah.Meningkatkan daya serap tanah terhadap air dan zat hara, memperbesar daya ikat tanah berpasir.Memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah.Membantu proses pelapukan dalam tanah.Tanaman yang menggunakan pupuk organik lebih tahan terhadap penyakit.

Proses pembuatan kompos berlangsung dengan menjaga keseimbangan kandungan nutrien, kadar air, pH, temperatur dan aerasi yang optimal melalui penyiraman dan pembalikan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
1.      Bagaimana cara membuat kompos dengan efisien?
2.      Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos ?
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.      mengetahui cara pembuatan kompos yang efisien
2.      mengetahui kegunaan kompos dalam aspek ekonomi , aspek lingkungan dan aspek tanah
D. Ruang Lingkup
Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada penelitian atau makalah ini , perlu mengidentifikasi beberapa masalah berikut :
1.      Dasar – dasar  pembuatan kompos
2.      Penggunaan teknologi dalam pengomposan dan cara mempercepat proses pengomposan
3.      Kegunaan kompos dalam 3 aspek ( ekonomi , lingkungan dan tanah )

E. Tinjauan Pustaka
 Daur ulang limbah menjadi sesuatu yang lebih berguna sangat dianjurkan untuk mengurangi akibat dan dampak terhadap lingkungan. Pemanfaatan sampah kota menjadi pupuk dalam bentuk kompos merupakan alternatif yang sangat baik. Limbah sebagai bagian dari lingkungan abiotik, merupakan salah satu mata ranatai pemindahan energi dan materi di antara komponen komunitas. Secara alamiah, alam cenderung mendahulukan buangan yang lebih mudah dirombak, sedang selebihnya dalam batas-batas tertentu akan ditenggang oleh alam. Akan tetapi bila kuantitas limbah yang tidak mudah dirombak mulai membengkak, tentunya kesetimbangan dinamis tadi tidak dapat lagi dipertahankan. Di sinilah andil tanah sebagai pameran pembantu (auxiliary function) dalam meredam kegoyahan lingkungan. Baik sebagai sistem penyaring, penyangga, maupun sebagai sistem transformasi bahan pencemar – dalam hal ini limbah (Schoeder, 1984).
Bahan organik yang dapat berupa pupuk organik atau pupuk hijau dalam sistem pertanaman dapat berfungsi sebagai bufer (penyangga) dan penahan lengas, di samping pengaruhnya terhadap perbaikan sifat kimia tanah. Kualitas pupuk organik ditentukan oleh komposisi bahan dasar pupuk organik tersebut dan tingkat perombakannya. Pupuk organik (kompos) berbahan dasar beraneka (sampah kota) sehingga mempunyai kandungan total hara yang tidak seragam. Kematangan kompos ditandai dengan telah hancurnya bahan dasar, suhu kembali mendekati suhu udara dan berwarna hitam, keadaan tersebut biasanya mempunyai nisbah C/N 10-15 (Donahue et al., 1977).
Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian senyawa-senyawa yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik (seperti jerami, daun-daunan, sampah rumah tangga, dan sebagainya) dengan suatu perlakuan khusus. Hampir semua bahan yang pernah hidup, tanaman atau hewan akan membusuk dalam tumpukan kompos (Outterbridge, 1991).

Pengomposan dapat dilakukan pada kondisi aerobik dan anaerobik.Pengomposan secara aerobik ialah dekomposisi bahan organik dalam kondisi dengan kehadiran oksigen ( udara ) , produk utama dari metabolis biologi aerobik adalah air dan panas. Pengomposan secara anaerobik ialah dekomposisi bahan organik dalam kondisi dengan ketidakhadiran oksigen ( udara ) , produk utama dari metabolis biologianaerobik adalah metana , karbon dioksida , dan senyawa intermediate dengan berat molekul rendah ( Haung , 1980 )

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kompos dan Proses Pengomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.

B.     Manfaat Kompos

Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek :
Ø Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Ø Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Ø Aspek bagi tanah/tanaman :
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas serap air tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

C.    Dasar-Dasar Pengomposan

1.      Bahan-bahan yang Dapat Dikomposkan
Pada dasarnya semua bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya : limbah organik rumah tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan, limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll.

2.      Proses Pengomposan
Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat membuat kompos dengan kualitas baik.
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50o ­ 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia, dan H2S

Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan

3.      Faktor yang mempengaruhi proses Pengomposan

Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain :
Ø  Rasio C/N

Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan lambat.
Ø  Ukuran Partikel

Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara. Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
Ø  Aerasi

Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen (aerob). Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Ø  Porositas

Porositas adalah ruang diantara partikel di dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga-rongga ini akan diisi oleh air dan udara. Udara akan mensuplai Oksigen untuk proses pengomposan. Apabila rongga dijenuhi oleh air, maka pasokan oksigen akan berkurang dan proses pengomposan juga akan terganggu.
Ø  Kelembaban (Moisture content)

Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Mikrooranisme dapat memanfaatkan bahan organik apabila bahan organik tersebut larut di dalam air.
Kelembaban 40 ­ 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba. Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban 15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
Ø  Temperatur

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar antara 30 ­ 60o C menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih tinggi dari 60o C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
Ø  pH

Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal  pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
Ø  Kandungan hara

Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan biasanya terdapat di dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba selama proses pengomposan.
Ø  Kandungan bahan berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi kehidupan mikroba. Logam-logam berat seperti Mg, Cu, Zn, Nickel, Cr adalah beberapa bahan yang termasuk kategori ini. Logam-logam berat akan mengalami imobilisasi selama proses pengomposan.

4.      Lama pengomposan

Lama waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan, metode pengomposan yang dipergunakan dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai 2 tahun hingga kompos benar-benar matang.

D.    Strategi Mempercepat Proses Pengomposan

Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi. Secara umum strategi untuk mempercepat proses pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1.         Memanipulasi kondisi/faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan.
2.         Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan: mikroba pendegradasi bahan organik dan vermikompos (cacing).
3.         Menggabungkan strategi pertama dan kedua.


1.      Memanipulasi Kondisi Pengomposan
Strategi ini banyak dilakukan di awal-awal berkembangnya teknologi pengomposan. Kondisi atau faktor-faktor pengomposan dibuat seoptimum mungkin. Sebagai contoh, rasio C/N yang optimum adalah 2535:1. Untuk membuat kondisi ini bahan-bahan yang mengandung rasio C/N tinggi dicampur dengan bahan yang mengandung rasio C/N rendah, seperti kotoran ternak.
Ukuran bahan yang besar-besar dicacah sehingga ukurannya cukup kecil dan ideal untuk proses pengomposan. Bahan yang terlalu kering diberi tambahan air atau bahan yang terlalu basah dikeringkan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan. Demikian pula untuk faktor-faktor lainnya.

2.      Menggunakan Aktivator Pengomposan
Strategi yang lebih maju adalah dengan memanfaatkan organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan. Organisme yang sudah banyak dimanfaatkan misalnya cacing tanah. Proses pengomposannya disebut vermikompos dan kompos yang dihasilkan dikenal dengan sebutan kascing. Organisme lain yang banyak dipergunakan adalah mikroba, baik bakteri, actinomicetes, maupun kapang/cendawan. Saat ini di pasaran banyak sekali beredar aktivator-aktivator pengomposan, misalnya : Promi, OrgaDec, SuperDec, ActiComp, EM4, Stardec, Starbio, dll.
Promi, OrgaDec, SuperDec, dan ActiComp adalah hasil penelitian Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI) dan saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbah-limbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, Trichoderma harzianum, Pholyota sp, Agraily sp dan FPP (fungi pelapuk putih).
Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Aktivator yang dikembangkan oleh BPBPI tidak memerlukan tambahan bahan-bahan lain dan tanpa pengadukan secara berkala. Namun, kompos perlu ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban agar proses
pengomposan berjalan optimal dan cepat. Pengomposan dapat dipercepat hingga 2 minggu untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposkan hingga 2 bulan untuk bahan-bahan keras/sulit dikomposkan.

3.      Memanipulasi Kondisi dan Menambahkan Aktivator Pengomposan
Strategi proses pengomposan yang saat ini banyak dikembangkan adalah menggabungkan dua strategi di atas. Kondisi pengomposan dibuat seoptimal mungkin dengan menambahkan aktivator pengomposan.
Seringkali tidak dapat menerapkan seluruh strategi pengomposan di atas dalam waktu yang bersamaan. Ada beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi pengomposan :
a. Karakteristik bahan yang akan dikomposkan.
b. Waktu yang tersedia untuk pembuatan kompos.
c. Biaya yang diperlukan dan hasil yang dapat dicapai.
d. Tingkat kesulitan pembuatan kompos

E. Teknologi Pengomposan

Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
1. Pengomposan dengan teknologi rendah (Low – Technology)
2. Pengomposan dengan teknologi sedang (Mid – Technology)
3. Pengomposan dengan teknologi tinggi (High – Technology)

1.      Pengomposan dengan Teknologi Rendah
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow Composting. Kompos ditumpuk dalam barisan tumpukan yang disusun sejajar. Tumpukan secara berkala dibolak-balik untuk meningkatkan aerasi, menurunkan suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan menurunkan kelembaban kompos. Teknik ini sesuai untuk pengomposan skala yang besar. Lama pengomposan berkisar antara 3 hingga 6 bulan, yang tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan.

2.      Pengomposan dengan Teknologi Sedang
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah :
·         Aerated static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi dengan menggunakan blower mekanik. Tumpukan kompos ditutup dengan terpal plastik. Teknik ini dapat mempersingkat waktu pengomposan hingga 3 – 5 minggu.
·         Aerated compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi aerasi. Aerasi juga dilakukan dengan menggunakan blower/pompa udara. Seringkali ditambahkan pula cacing (vermikompos). Lama pengomposan kurang lebih 2 – 3 minggu dan kompos akan matang dalam waktu 2 bulan.

3. Pengomposan dengan Teknologi Tinggi
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk mempercepat proses pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi pengomposan dan lebih banyak dilakukan secara mekanis. Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi antara
lain :
·         Rotary Drum Composter
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang khusus untuk proses pengomposan. Bahan-bahan mentah dihaluskan dan dicampur pada saat dimasukkan ke dalam drum. Drum akan berputar untuk mengaduk dan memberi aearasi pada kompos.
·         Box/Tunnel Composting System
Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar. Bahan-bahan mentah akan dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-tahap pengomposan berjalan di dalam beberapa bak/kotak sebelum akhirnya menjadi produk kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak pengomposan dibagi menjadi dua zona, zona pertama untuk bahan yang masih mentah dan selanjutnya diaduk secara mekanik dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke bak zona ke dua dan proses pematangan kompos dilanjutkan.
·         Mechanical Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.

F. Prosedur Pengomposan

Teknik pengomposan yang disampaikan dalam bab ini adalah teknik pengomposan bahan-bahan organic padat sederhana. Prinsipnya adalah MUDAH, MURAH, dan CEPAT. Tahapan-tahapan pengomposan mudah dilakukan, peralatan yang dibutuhkan mudah diperoleh dan murah, proses pengomposannya cepat, dan tidak memerlukan biaya besar. Kompos yang dihasilkan berkualitas baik, dapat langsung digunakan oleh petani atau diolah dan dijual ke pasaran.

4.      Alat-alat yang dibutuhkan
Peralatan antara lain: parang/sabit, ember/bak plastik untuk menampung air, ember untuk menyiram, plastik penutup, tali, sekop garpu/cangkul, dan cetakan kompos (jika diperlukan).
Plastik penutup dapat menggunakan plastik mulsa yang berwarna hitam. Belah plastik tersebut sehingga lebarnya menjadi 2 m. Panjang plastik disesuaikan dengan banyaknya bahan yang akan dikomposkan.
Cetakan kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu. Cetakan ini terdiri dari 4 bagian terpisah, dua bagian berukuran kurang lebih 2 x 1 m dan dua lainnya berukuran 1 x 1 m.

5.      Lokasi Pengomposan
Pengomposan sebaiknya dilakukan di dekat kebun yang akan diaplikasi kompos atau di dekat sumber bahan baku yang akan dibuat kompos. Pemilihan lokasi ini akan menghemat biaya transportasi dan biaya tenaga kerja. Lokasi juga dipilih dekat dengan sumber air. Karena apabila jauh dengan sumber air akan menyulitkan proses pengomposan.


6.      Aktivator Pengomposan
Aktivator yang digunakan adalah PROMI. Jika aktivator pengomposan sulit diperoleh dapat menggunakan kotoran ternak atau rumen sapi untuk mempercepat proses pengomposan.

7.      Tahapan Pengomposan
a.       Memperkecil ukuran bahan. Untuk memperkecil ukuran bahan dapat dilakukan dengan menggunakan parang atau dengan mesin pencacah.
b.      Menyiapkan aktivator pengomposan. Aktivator (Orgadec atau Promi) dilarutkan ke dalam air sesuai dosis yang dibutuhkan.
c.       Pemasangan cetakan.
d.      Memasukkan bahan ke dalam cetakan selapis demi selapis. Tinggi lapisan kurang lebih seperlima dari tinggi cetakan. Injak-injak bahan tersebut agar memadat sambil disiram dengan aktivator pengomposan.
e.       Dalam setiap lapisan siramkan aktivator pengomposan.
Setelah cetakan penuh, buka cetakan dan tutup tumpukan kulit buah kakao dengan plastik

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari hasil Pembahasan

Ø  Salah satu cara mengatasi permasalahan sampah adalah dengan membuatnya menjadi kompos. Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
Ø  Pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa strategi seperti Memanipulasi kondisi / faktor-faktor yang berpengaruh pada proses pengomposan,Menambahkan Organisme yang dapat mempercepat proses pengomposan,Menggabungkan strategi pertama dan kedua.
Ø  Kegunaan kompos
 Aspek Ekonomi :
1.        Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2.        Mengurangi volume/ukuran limbah
3.        Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1.      Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2.      Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman :
1.    Meningkatkan kesuburan tanah
3.    Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
4.    Meningkatkan kapasitas serap air tanah
5.    Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
6.    Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
7.    Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
8.    Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
9.    Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

B.     Saran

Setelah pengolahan kompos selesai, maka kompos yang sudah jadi bisa dijadikan sumber mata pencaharian yang menjanjikan dengan jalan dikemas sebelum dipasarkan. Apabila kompos akan dijual, ukuran kemasan disesuaikan dengan target pasar penjualan. Ukuran kemasan dapat bervariasi mulai dari 1 kg hingga 25 kg. Pada plastik/kantong kemasan perlu dicantumkan nama produk, kandungan hara, dan spesifikasi lainnya. Biasanya dicantumkan pula tanggal produksi, tanggal kadaluwarsa, nama produsen atau distributor. Jika produk ini telah didaftarkan ke Departemen Pertanian, perlu juga dicantumkan nomor ijinnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sofian. 2006. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. Surabaya : Agromedia Pustaka.
Sudrajat. 2006. Seri Agriteknologi. Mengelola Sampah Kota. Surabaya : Penebar Swadaya
www.google.com//isroi.kompos_dan_proses_pengomposan diakses  oktober 2010.
Nuryani dan Rachman.2002. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan volume 3. Yogyakarta: UGM press
www.wikipedia.org/wiki/Kompos diakses oktober 2010

Senin, 21 Februari 2011

Pencemaran Udara


Pencemaran Udara

Udara adalah bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Udara atau atmosfer merupakan "selimut" tebal dari gas * yang menutupi seluruh permukaan bumi dan berfungsi sebagai pelindung bumi. Jika tidak ada atmosfer, suhu bumi pada siang hari bisa mencapai lebih dari 95°C dan pada malam hari akan turun sampai minus I84°C.
Udara yang masih bersih merupakan campuran berbagai gas seperti :

1. Nitrogen (N,) 78,8%
2. Oksigen (O,) 20.94%
3. Argon (Ar) 0,93%
4. Karbon dioksida (CO,) 0,03%
5. Helium (He) 0.01%
6. Neon (Ne) 0.01%
7. Xenon (Xe) 0.01%
8. Kripton (Kr) 0.01%
9. Metan (CH4). karbon monoksida (CO), amonia (NH,), dinitrogen oksida <N.O). hidrogen sultidu (H,S). ozon (O,), nitrogen oksida (NOv) Sedikit sekali

Gas-gas tersebut berserak bebas di atmosfer dan menopang kehidupan di permukaan bumi. Apabila komposisi gas-gas tersebut mengalami perubahan dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan, serta tumbuhan maka dikatakan udara tersebut tercemar. Udara merupakan sebuah sistem yang rumit dan rapuh. Jika bumi dikecilkan sampai garis lengahnya 5 kali lebih kecil maka lapisan udara akan lebih tipis daripada sehelai kertas. Namun demikian, udara mengatur dan memengaruhi sifat-sifat lingkungan kita. Selain mengandung berbagai macam gas. udara juga tidak pernah bebas dari uap air. Kadar uap air di udara berbeda-beda. dari 0.0 l'/t (misal, di padane pasir) sampai -W.
Walaupun tidak tampak, atmosfer mempunyai beberapa struktur atau lapisan, yaitu troposfer, stratosfer, mesosfer. dan termosfer. Lapisan yang paling banyak memengaruhi bumi adalah troposfer dan stratosfer. Troposfer merupakan lapisan terendah di atas permukaan bumi. yaitu sampai ketinggian 9 km di daerah kutub dan 1S km di daerah katulistiwa. Di troposfer, makin tinggi suatu tempat, makin rendah suhu udaranya. Hal ini disebabkan berkurangnya pengaruh panas yang diradiasikan oleh permukaan bumi pada tempat yang lebih tinggi.
Stratosfer adalah lapisan di atas troposfer, ketinggiannya antara 10-50 km di atas permukaan tanah. Pada lapisan ini. suhu udara meningkat dengan bertambahnya ketinggian. Hal ini disebabkan adanya lapisan ozon (O,) yang menyerap sinar ultraviolet sehingga suhu udara meningkat.

A. Jenis dan Sumber Pencemaran Udara

Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya atau tercampurnya unsur/ bahan berbahaya ke dalam atmosfer yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya serta dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan manusia, dan secara umum menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara tidak hanya terjadi di udara bebas, namun juga dapat terjadi di ruangan rumah, kantor atau sekolah.

Menurut bentuknya, unsur pencemar udara dapat berupa gas dan partikel

1. Gas
Gas-gas pencemar udara, antara lain meliputi:
a. golongan belerang, terdiri atas sulfur dioksida (SO,), hidrogen sulfida (H,S), dan sulfat aerosol;
b. golongan nitrogen, terdiri atas nitrogen oksida (N20), nitrogen monoksida (NO), amonia (NH,), dan nitrogen dioksida (NO,);
c. golongan karbon, terdiri atas karbon dioksida (CO,), karbon monoksida (CO), dan hidrokarbon:
d. golongan gas yang berbahaya, terdiri atas benzen, vinil klorida, dan uap raksa.

2. Partikel
Partikel-partikel pencemar udara, antara lain meliputi debu. aerosol (asap dan kabut). fume. dan makhluk hidup (virus, bakteri, spora jamur, serta telur cacing). Partikel adalah benda-benda padat atau cair yang ukurannya sangat kecil sehingga dapat melayang di udara. Debu (dust) adalah partikel padat yang terbentuk dari proses mekanis (pemecahan atau reduksi) yang terhambur dan melayang di udara karena adanya hembusan angin. Asap (smoke) adalah partikel karbon (padat) yang dihasilkan dari sistem pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar hidrokarbon (h.ikan bakar minyak). Kabut Unisi) merupakan butiran-butiran zat cair (bukan butn-.in air) yang melayang di udara seperti hasil penyemprotan atau pembuihan. Fume merupakan partikel padat yang terbentuk akibat kondensasi dari penguapan logam-logam cair atau garam-garam, umumnya terjadi di pabrik besi atau baja serta peleburan logam, misalnya timah hilam dan kadmium.
Berdasarkan kejadiannya, pencemar udara dibedakan menjadi pencemar primer dan pencemar sekunder. Dikatakan pencemar primer apabila bentuk dan komposisi polutan atau pencemar sama dengan ketika diemisikan. misalnya CO. CO,, hidrokarbon (HC). SO.. nitrogen oksida, dan berbagai partikel. Kebanyakan pencemar udara primer ini diemisikan oleh kendaraan bermotor, kawasan industri, dan penggunaan dapur arang atau kayu.
Ada kalanya bahan pencemar (polutan) bereaksi satu sama lain menghasilkan jenis pencemar baru yang justru lebih membahayakan kehidupan. Reaksi tersebut dapat terjadi secara otomatis ataupun dengan bantuan katalisator, misalnya sinar matahari. Pencemar hasil reaksi disebut sebagai pencemar sekunder, misalnya ozon (O3), formaldehid, dan peroksi asetil nitrat (PAN). Sulfur dioksida dan sulfur monoksida jika bereaksi dengan uap air akan menghasilkan asam sulfat (H2S04).

Secara kimiawi, banyak sekali bahan/zat yang dapat menyebabkan pencemaran udara, antara lain:
1. karbon monoksida (CO);
2. karbon dioksida (CO2);
3. sulfur oksida (SO2, SO3);
4. nitrogen oksida (N20, N02, N203);
5. ktorofluorokarbon(CFC);
6. hidrolcarbon(CH 4,C2H6,C3H8, C4H10);
7. ozon (O3);
8. votatite organic compounds (VOC), yakni bahan-bahan organik yang mudah menguap;
9. partikel (asap, debu, asbestos. logam, minyak, dan garam sulfat);
10. senyawa anorganik (HF, H2 S, H2S04, NH3, HNO3);
11. makhluk hidup (virus, bakteri, spora jamur, dan telur cacing);
12. unsur radioaktif (uranium, radium, fransium, radon);
13. energi panas, kebisingan.

Konsentrasi zat pencemar yang terdapat di udara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu volume bahan pencemar, karakteristik zat, iklim (terutama curah hujan, arah dan kecepatan angin), serta topografi.
Zat-zat pencemar udara yang dilepaskan melalui cerobong, knalpot, dan juga melalui penguapan bahan pelarut disebut emisi. Zat-zat pencemar udara yang teremisi bercampur dengan udara kemudian menyebar, tergantung pada arah dan kecepatan angin. Selama di udara, /at-zat pencemar dapat saling bereaksi sehingga mengalami perubahan zat. Penyebaran, perpindahan, dan perubahan zat disebut transmisi. Pengaruh zat-zat pencemar yang tersebar (termasuk zat pencemar yang berubah) terhadap manusia dan lingkungan hidup disebut imisi.

Sumber-sumber pencemar udara, berdasarkan keberadaannya terdiri atas:

1. sumber tidak bergerak (stasioner), yaitu kegiatan penghasil zat pencemar yang tempatnya tetap, misalnya kegiatan rumah tangga, industri, letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dan tempat penimbunan sampah

2. sumber bergerak, yaitu kegiatan penghasil zat pencemar yang sifatnya berpindah tempat, seperti kendaraan bermotor, kapal laut. pesawat terbang, dan angkutan lainnya.

Sumber pencemar udara juga dapat dikelompokkan menjadi sumber alami dan hasil kegiatan manusia.

1. Sumber Alami (Natural Sources) Sumber pencemar alami meliputi:

      a. letusan gunung berapi:
      b. rawa-rawa:
      c. kebakaran hutan:
      d. nitrilikasi dan denitrilikasi biologis.

2. Kegiatan Manusia (Anthropogenic Sources) Sumber pencemar hasil kegiatan manusia meliputi:

     a. transportasi kendaraan bermotor;
     b. emisi industri/pabrik;
     c. pembangkit listrik;
     d. (perapian, kompor, incinerator dengan berbagai jenis bahan bakar);
     e. timbulan gas metan dari lahan uruk/tempat pembuangan akhir sampah:
     f. uap pelarut organik.

Pencemaran udara dari sumber alami tidak menyebabkan perubahan berarti. Zat-zat pencemar di udara turun lagi ke bumi pada waktu hujan. Karbon dioksida (CO2) diserap oleh tumbuhan dan dihasilkan oksigen (O,) melalui proses fotosintesis. Sistem pembersihan udara secara alami tersebut selalu menjaga kebersihan udara dan mencegah terjadinya kenaikan konsentrasi zat-zat pencemar Sejak awal era industri, pelepasan zat-zat pencemar udara oleh manusia meningkat sangat tajam sehingga sistem pembersihan udara secara alami tidak lagi dapat berfungsi dengan baik.


B. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

Indeks standar pencemaran udara (ISPU) adalah angka yang tidak mem¬punyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Indeks.standar pencemar udara diperoleh ' dari pengoperasian stasiun pemantau kualitas udara ambien secara otomatis dan berkesinambungan.
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi yang dibutuhkan dan memengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya, dan sudah bercampur dengan berbagai emisi industri atau kendaraan. Kualitas udara ambien dapat diketahui dengan melakukan pengukuran di suatu lokasi atau wilayah.
Umumnya parameter dasar yang diukur dalam ISPU adalah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O3), sulfur dioksida (S02), dan partikel (PM 10). Parameter zat pencemar dilaporkan dalam beberapa kategori dan tentang angka sebagaimana tercantum pada Tabel 3.2 berikut.
Warna,kategori,rentang
1. hijau, baik, 0-50
2. biru, sedang, 51-100
3. kuning, tidak sehat, 101-199
4. merah, sangat tidak sehat, 200-209
5. hitam, berbahaya, 300-500

ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data rata-rata sebelumnya (24 jam sebelumnya). Penyampaian ISPU kepada masyarakat dilakukan melalui:
1. media massa dan elektronik (radio, televisi, surat kabar, dan majalah);
2. papan peragaan pada tempat-tempat umum tertentu.

Indeks Standar Pencemar Udara dapat dipergu¬nakan untuk:
1. bahan informasi kepada masyarakat tentang kualitas udara ambien di lokasi tertentu dan pada waktu tertentu;
2. bahan penimbangan pemerintah pusat dan peme¬rintah daerah dalam melaksanakan pengendalian pencemaran udara.

C. Dampak Pencemaran Udara

Pencemaran udara merupakan masalah yang serius karena dampak yang ditimbulkan sangat merugikan. Dampak pencemaran udara tidak hanya berakibat langsung terhadap kesehatan manusia, tetapi jugadapat merusak lingkungan lainnya, seperti hewan, tanaman, gedung bangunan, dan lain sebagainya. Pencemaran udara juga menyebabkan masalah lingkungan yang tidak mengenai haias-balas wilayah atau negara sehingga perlu perhatian serius.

1. Dampak Kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pemapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemarnya. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pemapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah (SPA (infeksi saluran pemapasan atas), termasuk di antaranya asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. Dampak Kesehatan dari Pencemar Udara Berupa Gas

BAHAN PENCEMAR, SUMBER, DAMPAK

1. [Sulfur dioksida (SO2)] [Batu bara atau bahan bakar minyak yang mengandung sulfur. Pembakaran limbah pertanah. Proses dalam industri.] [Menimbulkan efek iritasi pada saluran pernapasan sehingga menimbulkan gejala batuk dan sesak napas.]

2. [Hidrogen sulfat -(H2S)] [Kawah gunung yang masih aktif] [Menimbulkan bau yang tidak sedap, dapat merusak indra penciuman (nervus olfactory)]

3. [Nitrogen oksida (N2O)] [Berbagai jenis pembakaran] [Mengganggu sistem pernapasan.]

4. [Nitrogen monoksida (NO)] [Gas buang kendaraan bermotor] [Melemahkan sistem pemapasan paru dan saluran pemapasan sehingga paru mudah terserang infeksi.]

5. [Nitrogen dioksida (NO2)] [Peledak, pabrik pupuk] [Melemahkan sistem pemapasan paru dan saluran pemapasan sehingga paru mudah terserang infeksi.]

6. [Amonia (NH3)] [proses industri] [Menimbulkan bau yang lidak sedap/menyengat. Menyebabkan penyakit sistem pemapasan, bron¬kitis, merusak indra penciuman.]

7. [Karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), hidrokarbon] [Semua hasil pembakaran, proses industri] [Menimbulkan efek sistematik karena meracuni tubuh dengan cara pengikatan hemoglobin yang amal vital bagi oksigenasi jaringan tubuh. Akibatnya, apabila otak kekurangan oksigen dapat menimbulkan kemaltan. Dalam jumlah kecil dapat menimbulkan gangguan berpikir, gerakan otot. dan gangguan jantung]

2. dampak terhadap Tumbuhan
Tumbuhan yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klomsis. nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.

3. Hujan Asam
Air hujan biasanya bersifat sedikit asam, dengan pH sekitar 5.7. Hal tersebut terjadi karena air hujan tersebut melarutkan gas karbon dioksida (CO,) di udara dan membentuk asam karbonat (H.CO,).
Air hujan dengan pH lebih rendah dari 5.7 disebut hujan asam. Polutan yang menyebabkan hujan asam adalah sulfur oksida (SO, dan SO,) serta nitrogen oksida (NO,). Oksida-oksida tersebut larut dalam air membentuk asam sulfit. asam sulfat, asam nilrit, dan asam nitrat.
Hujan asam biasanya turun di kota-kota industri atau daerah sekitarnya, atau di daerah yang berada beberapa kilometer dari daerah industri karena polutan tertiup angin.

Hujan asam menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain:
a. memengaruhi kualitas air permu¬kaan dan biota air, air sungai dan danau menjadi asam sehingga ikan dan tumbuhan air tidak da¬pat hidup;
b. melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah se¬hingga memengaruhi kualitas air tanah;
c. bersifat korosif sehingga meru¬sak material dan bangunan, se¬perti batu kapur, marmer, dan beton. Bahan bangunan tersebut mengandung kalsium karbonat (CaCO,) yang larut dalam asam.

4. Kabut Foto Kimia (Smog)
Smog (smoke dan fog) atau ka¬but asap terjadi jika udara panas yang mengandung uap kemudian mengalami pendinginan, uap air berkondensasi menjadi kabut. Jika asap bergabung dengan kabut maka kabut akan menghalangi asap naik. Akibatnya, asap tetap berada di sekitar kita. Asap mengandung partikel v ang dapat mengiritasi paru-paru. Selain itu. smog juga mengandung berbagai jenis gas yang terbentuk dari reaksi foto kimia, misalnya ozon. aldehid. dan peroksi asetil nitrat (PAN).

5. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO,, CFC, metan, ozon, dan N20 di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya, panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan global. Dampak dari pemanasan global, antara lain:
a. pencairan es di kutub;
b. kenaikan permukaan air laut;
c. perubahan iklim regional dan global
d. perubahan siklus hidup flora dan fauna;
e. penurunan hasil pertanian dan perikanan;
f. perubahan keanekaragaman hayati.

6. Kerusakan Lapisan Ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O,) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari laju pembentukannya sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak mata, penyakit pada tanaman, serta kematian plankton yang menjadi basis rantai makanan di ekosistem laut.

Tokoh
Dr. Mario Molina adalah seorang profesor di Department of Herat, Aunosheric, and Planetary Science Massachuset Institute of Technology, USA. Pada tahun 1995, Dr. Mario Molina dianugerahi hadiah Nobel berkat penelitiannya tentang kimia lapisan ozon atmosfer dan bagaimana bahan pencemar tertentu merusak lapisan pelindung (ozon) telah memunculkan kesadaran inter¬nasional tentang ancaman serius terhadap kehidupan di bumi ini. Dengan menjelaskan mekanisme kimiawi yang memengaruhi tebal lapisan ozon tersebut, Dr. .Molina telah memberikan sumbangan bagi penyelamatan umat manusia dari masalah lingkungan global yang dapat me-nimbulkan akibat yang sangat berbahaya.

Agar Kamu Tahu

Pencemaran Udara Mengancam IQ Anak
Kota besar seperti Jakarta bukan lasi tempat yang sehat untuk membesarkan anak. Setiap hari seorang anak harus menghirup asap hitam knalpot kendaraan i'inuni. Selain pelbagai penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA). ada yang lebih mengancam anak-anak kita. yakni menderita penurunan intelligent Quotient (IQ)otak. •
"Pengaruhnya tidak langsung dirasakan oleh anak. melainkan berlangsung sejak dalam kandungan. Kandungan zat berbahaya seperti logam berat pada emisi kendaraan akan terisap oleh si ibu dan mengalir melalui darah menembus ari-ari sebagai barrier. Semua kandungan logam berat tadi mengganggu pertumbuhan dan fungsi olak ketika janin itu dilahirkan." jelas Dr. Monang Tampubolon. spesialis kesehatan anak dan dosen Fakultas Kedokteran U krida saat dihubungi di Jakarta. Kamis (3/4/2005)
Dari air susu ibu t ASI), polutan berbahaya dapat pula "mencemari" otak bayi. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) DKI Jakarta sempat mengadakan studi pada 2001 yang menyatakan bahwa ibu-ibu di pinggiran kota memiliki ASI berkadar timbal 10-30 ug per kilogram.
Kadar ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tinggal di pedesaan, yakni satu sampai dua ug per kilogram. Polutan timbal yang terdapat dalam solar mampu memicu gangguan kesehatan kaum perempuan dan balita. Ion-ion timbal ini berimbas pada perkembangan sel-sel otak balita.
Sebagian besar kendaraan bermotor di kota-kota besar masih menggunakan bahan bakar fosil seperti hidrogen (H) dan karbon (C). Hasil pembakarannya memunculkan senyawa hidro karbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (C02) juga NO,. Namun akibat menghemat, banyak kendaraan yang masih menggunakan solar sebagai bahan bakar. Solar menghasilkan senyawa berbahaya, timbal alias plumbum (Pb). Polutan inilah yang menjadi pemicu gangguan fungsi otak yang utama. CO lebih menyerang ke anak-anak dan orang dewasa secara langsung, yakni menyebabkan kepala pusing, pandangan menjadi kabur, bahkan bisa pingsan dan kehilangan koordinasi saraf. Di luar ancaman penurunan tingkat kecerdasan, polusi udara juga memicu bronkitis, pneumonia, asma, serta gangguan fungsi paru.
Angka Kematian Tinggi
Bukan janin dalam kandungan saja yang ikut terancam kehilangan kualitas kecerdasan, tetapi juga anak-anak dalam masa tumbuh kembang. Timbal alias timah hitam ikut mencemari sayur dan buah-buahan yang dikonsumsi anak-anak. Beberapa tahun yang lalu United Nalions Envinmmental Programme (UNEP) telah menempatkan Jakarta sebagai kota terpolusi nomor tiga di dunia setelah Meksiko dan Bangkok. Dapat dibayangkan betapa parahnya ancaman polutan emisi gas buang di Jakarta.
Walaupun gizi masih menjadi masalah utama anak Indonesia, pada akhirnya penyakit yang timbul akibat pencemaran udara akan menjadi parah pula. Keduanya sama-sama berdampak buruk, yakni merosotnya tingkat IQ. Hal lain yang patut dicermati adalah polusi udara akibat asap rokok. Ibu hamil yang mengisap rokok dapat berakibat fatal terhadap janin yang dikandungnya.
Pembuluh darah sang ibu akan mengecil sehingga suplai darah ke calon bayi terhalang. Akan banyak dampak yang diderita bayi di samping sekadar pertumbuhan badan yang terlambat, namun juga kemampuan mentalnya.
Yang memprihatinkan, kendati polusi udara di Indonesia tergolong tinggi, tidak ada satu pun ahli kesehatan udara yang tersedia. Bahkan bidang studinya pun belum tersedia di semua perguruan tinggi. Padahal di banyak negara maju kehadiran seorang dokter ahli kesehatan udara sangat diperlukan dalam pembangunan proyek-proyek gedung di kota besar.


D. Upaya Pengendalian Pencemaran Udara

Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau penang¬gulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara ambien. Berbagai upaya pengendalian pencemaran udara telah dilakukan, antara lain sebagai berikut.
1. Pemantauan kualitas udara ambien. (Baku mutu udara ambien lihat pada lampiran.)
2. Pengendalian pencemaran udara dari sarana transportasi kendaraan bermotor, meliputi:
a. pengembangan perangkat peraturan:
b. penggunaan bahan bakar bersih:
c. penggunaan bahan bakar alternatif:
d. pengembangan manajemen transportasi;
e. pemantauan emisi gas buang kendaraan bermotor;
f. pemberdayaan peran masyarakat melalui komunikasi massa.

3. Pengendalian pencemaran udara dari industri.
Pengendalian pencemaran udara dari sektor industri dilakukan dengan menerapkan baku mutu emisi sumber tidak bergerak (industri). Pengelolaan lingkungan termasuk pemenuhan baku mutu emisi industri menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh pelaku industri untuk memperoleh Izin Usaha Industri (1U1). Pemberian 1U1 tersebut dikaitkan dengan penilaian kelayakan lingkungan suatu rencana kegiatan (industri) yang dilakukan melalui mekanisme Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL) atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).
Penerapan kemajuan industri dan teknologi diharapkan tidak menimbulkan masalah pencemaran udara. Tumbuhan membantu terjaganya daur karbon dan oksigen di bumi. Selain itu, tumbuhan juga berperan sebagai filter/penyaring hayati yang dapat menyaring pencemaran udara. Oleh karena itu, perlu adanya penggalakan penanaman tumbuhan penangkal pencemaran udara. Pengendalian pencemaran udara dapat lebih efektif apabila dilakukan dengan cara pendekatan berbasis masyarakat. Kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. pembentukan forum pengendalian pencemaran udara;
2. kampanye uji petik kendaraan bermotor dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat;
3. kegiatan pendidikan, penyuluhan, atau kegiatan lomba pengendalian pencemaran udara kepada siswa dan masyarakat;
4. kegiatan percontohan pengendalian pencemaran udara dengan mengenalkan kendaraan bermotor ramah lingkungan;
5. memasyarakatkan konsep pengendalian pencemaran udara berbasis masyarakat di media massa (koran, radio, dan televisi).

Agar Kamu Tahu
                     
Puring Penyerap Timbal
Kehadiran puring di sepanjang Jalan Kaliurang. Yogyakarta, ternyata berperan mengurangi kadar timbal di udara. Setelah 10 jam terpapar gas buangan kendaraan bermotor, kandungan timbal pada daun puring di kawasan itu diukur dengan atomic absorption spectmscopy. Kandungan timbal pada daun menunjukkan daya serap tanaman terhadap polutan beracun itu. Sehelai daun puring mampu menyerap 2,05 mg/L timbal.
Puring ternyata paling top menyerap timbal dibandingkan tanaman lain yang diteliti. Beringin Ficus benjamina misalnya, hanya mampu menyerap 1,025 mg/L. Padahal, tanaman itu tumbuh di kawasan Malioboro yang lebih padat lalu lintasnya. Jumlah kendaraan yang melintas pada jam-jam sibuk di jalan itu mencapai 1.220 buah. Kadar limbai di udara di sana melebihi ambang batas yaitu 68,24 mikrogram/m'. Begitu ju¬ga dengan tanjung Mimusops elengi yang banyak tumbuh di Kotabaru. Lalglintas pada jam-jam sibuk di jalan utama sangat padat hingga 1.382 kendaraan. Pencemaran timbal di kawasan itu pun mendekati ambang batas, 46,97 mikrogram/m\ Sayangnya daya serap tanjung sangat rendah, hanya 0,505 mg/L.
Puring memiliki berbagai kelebihan apabila dijadikan salah satu komponen lansekap jalan. Penampilan daunnya indah dan penuh warna. Oleh sebab itu, puring berperan ganda, yaitu sebagai penghias kota sekaligus penyerap polutan berbahaya. Puring dapat dikombinasikan dengan pepohonan penyerap timbal lain seperti angsana, cemara, atau mahoni. Puring diletakkan di deretan tengah. Ketinggian tanaman dipertahankan maksimal 14 m. Untuk deretan depan dipilih tanaman semak. Sementara itu, posisi pepohonan di deretan paling belakang.
Karena tergolong tanaman perdu, puring dapat pula dijadikan elemen lansekap untuk median jalan yang lebarnya terbatas. Namun, harus dipilih jenis puring yang tidak membentuk tajuk terlalu lebar. Puring juga sangat baik ditanam di tepi tikungan atau persimpangan jalan. Biasanya, di area tikungan dibiarkan tanpa tanaman agar tidak menghalangi pandangan pengendara ketika berbelok. Puring dapat ditanam di area terbuka itu dengan syarat dipangkas rutin agar tinggi tanaman tidak lebih dari 80 cm. Dengan begitu, tepi jalan menjadi semarak dan penuh warna. Timbal pengancam jiwa pun sima. (Ir. Suparwoko, MURP. PhD, Dosen Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.)

E. Sumber dan dampak Pencemaran Bau

Bau adalah suatu rangsangan dari zat yang diterima oleh indra penciuman. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Sumber bau disebut zat odoran, yaitu zat (dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai senyawa) yang dapat menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu. Zat odoran tunggal, misalnya amonia (NH3) dan hidrogen sulfida (H2S). Adapun sumber zat odoran campuran, misalnya TPS/TPA sampah, pabrik pakan lemak, dan pabrik petisAerasi.
Dalam upaya mengendalikan pencemaran bau, pemerintah menetapkan baku tingkat kebauan. Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Tabel 3.8 merupakan baku tingkat kebauan zat odoran tunggal menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 19
1. Amonia (NH3) = 2 ppm
2. Metil merkaptan (CH3SH) = 0,002 ppm
3. Hidrogen sulflda (H2 S) = 0,02 ppm
4. Metil sulfida (CH3)2 S = 0,01 ppm
5. Stirena (C6 H5 CHCH2) = 0,1 ppm

Sementara itu, baku tingkat kebauan dari zat odoran campuran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal delapan orang. Pencernaan bau berdampak secara psikologis dan mengganggu kenyamanan. Zat odoran vang nekat dapat menimbulkan gangguan pada indra pembau dan sistem saraf.

RANGKUMAN
Pencemaran udara diartikan sebagai masuknya atau tercampurnya unsur/bahan berbahaya ke dalam atmosfer yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya serta dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, gangguan kesehatan manusia, dan secara umum menurunkan kualitas lingkungan

Menurut bentuknya, unsur pencemar udara dapat berupa gas dan partikel

Berdasarkan kejadiannya, pencemar udara terdiri atas pencemar primer dan pencemar sekunder

Sumber-sumber pencemar udara berdasarkan keberadaanina terdiri atas sumber tidak bergerak (stasioner) dan sumber bergerak

Sumber pencemar udara juga dapat dikelompokkan berdasarkan sum¬bernya, yaitu sumber alami (natural sources) dan kegiatan manusia (Anthropogenic sourres).

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah angka yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan pada makhluk hidup lainnya.

Parameter dasar yang diukur dalam ISPU adalah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), ozon (O2), sulfur dioksida (SO2) dan partikel (PM10)

Pencemaran udara dapat menimbulkan
a. dampak kesehatan;
b. dampak terhadap tumbuhan
c. hujan asam;
d. kabut asap
d. etek rumah kaca;
e. perusakan lapisan ozon.

Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara ambien

Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan, antara lain dengan ca¬ra
a. pemantauan kualitas udara ambien:
b. pengendalian pencemaran udaia tlati sarana transportasi kendaraan bermotor;
c. pengendalian pencemaran udara dari industri

Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu teitentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan

Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan

Pencemaran bau berdampak secara psikologis dan mengganggu kenya¬manan, gangguan pada indra pembau dan sistem saraf